Selasa, 27 Juli 2010 di 1:02:00 AM | 0 komentar  
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA
DEPARTEMEN TEKNIK GAS DAN PETROKIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, AGUSTUS 2003
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Tata Tertib Praktikum iv
Susunan Penulisan Laporan Praktikum Kimia Fisika vi
Percobaan 1 Adsorpsi Isotermis 1
Percobaan 2 Distilasi atau Penyulingan 7
Percobaan 3 Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Pada Laju Reaksi 11
Percobaan 4 Sistem Zat Cair Tiga Komponen 15
Percobaan 5 Tegangan Permukaan 21
Percobaan 6 Kenaikan Titik Didih 27
Percobaan 7 Volum Molal Parsial 30
Percobaan 8 Tetapan Kesetimbangan 35
Percobaan 9 Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran Massa
Jenis Gas
40
Daftar Pustaka 44
Catatan:
Versi file PDF dari Buku Panduan Praktikum Kimia Fisika ini dapat di download di
situs: http://www.chemeng.ui.ac.id/~lab-dpk
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt, serta hanya dengan rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum atau Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Fisika ini.
Walaupun sifatnya sebagai mata ajaran pelengkap, kegiatan praktikum Kimia Fisika
merupakan bagian tak terpisahkan dari mata ajaran Kimia Fisika I dan II yang diberikan
pada semester 3 dan 4 di Program Studi Teknik Kimia, Departemen Teknik Gas dan
Petrokimia - Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Di samping itu juga, untuk
menjaga kesinambungan aspek-aspek teoretis dan ketrampilan praktis (termasuk
pengetahuan terhadap produk-produk alamiah) dalam pemahaman ilmu Kimia Fisika,
diperlukan suatu kegiatan praktikum dengan arah dan sistematika yang lebih jelas,
praktis namun komprehensif. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dilakukan
beberapa perbaikan, penambahan ataupun pengurangan dalam penyajian Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Fisika ini dibandingkan penyajian sebelumnya. Pada petunjuk
praktikum yang disusun ini jumlah keseluruhan percobaan yang disajikan adalah 9 mata
praktikum/percobaan.
Penyusunan Buku ini juga dapat diwujudkan atas bantuan beberapa staf dan karyawan
ataupun laboran di lingkungan Departemen Teknik Gas dan Petrokimia FTUI. Namun
demikian, kami tetap menyadari adanya beberapa kekurangan ataupun kekeliriuan
dalam penyusunan buku ini. Sehingga dengan senang hati kami dapat menerima kritik
dan saran yang berguna.
Akhirnya kami mengharapkan semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca.
Depok, Agustus 2003
Penyusun :
Atastina Sri Basuki
Setijo Bismo
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Semua praktikan wajib mengenakan jas praktikum yang berwarna putih selama
melaksanakan praktikum.
2. Semua praktikan wajib hadir 15 menit sebelum tes awal dimulai, dan
menandatangani daftar hadir.
3. Semua praktikan wajib menyerahkan buku Laporan Pendahuluan dan Jurnal
Praktikum (lihat bagian contoh penulisan Laporan Pendahuluan dan Jurnal)
kepada asisten. Buku tersebut dapat diminta lagi kepada asisten setelah mengikuti
tes awal.
4. Semua praktikan wajib mengikuti tes awal sebelum percobaan dilakukan sampai
asisten yang bertanggung jawab menilai bahwa yang bersangkutan pantas dan
mampu melaksanakan percobaan yang telah ditentukan. Apabila praktikan tidak
mengikuti tes awal, percobaan dinyatakan GUGUR. Tes awal berlangsung 15
menit – 30 menit.
5. Semua praktikan wajib mencatat semua hasil pengamatan dari percobaan yang
dilakukan di dalam Laporan Pendahuluan dan Jurnal Praktikum. Pada akhir
percobaan semua hasil pengamatan harus diketahui dan ditandatangani oleh asisten.
6. Laporan Praktikum (lihat bagian contoh penulisan) harus sudah diserahkan
kepada asisten satu minggu setelah praktikum, sedangkan draft laporan
pendahuluan dan jurnal praktikum diserahkan kepada asisten sebelum tes awal
dimulai, untuk disetujui asisten. Keterlambatan penyerahan akan dikenai sanksi,
yaitu tidak boleh mengikuti praktikum pada hari penyerahan Laporan Praktikum.
7. Laporan Praktikum yang belum memenuhi persayaratan harus diperbaiki,
dan diserahkan kepada asisten yang bersangkutan paling lambat seminggu setelah
dinyatakan perlu perbaikan.
8. Peminjaman alat-alat praktikum harus seijin petugas laboratorium dan
dikembalikan kepada petugas dalam keadaan yang sama. Praktikan harus
menandatangani buku peminjaman dan pengembalian alat-alat praktikum.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika v
9. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus membersihkan meja
kerja dan alat-alat praktikum serta mengatur kembali letak bahan praktikum.
10. Penggunaan alat-alat dan pemakaian bahan kimia harus hati-hati, tidak boleh
sampai ada bahan kimia yang tercecer atau tumpah.
11. Kesalahan kerja dan atau kelalaian praktikan sehingga terjadi kerusakan alat
atau bahan yang terbuang, wajib diganti praktikan dengan alat/bahan yang
sama.
12. Bersikap sopan pada petugas laboratorium dan asisten.
13. Ketidakhadiran praktikan pada waktu yang telah dijadwalkan mendapatkan sanksi
dinyatakan GUGUR, kecuali ada alasan kuat dan atau musibah/kemalangan yang
tak terhindarkan.
14. Ketidakhadiran karena sakit, percobaannya dapat dilakukan di luar jadwal
praktikum dengan persetujuan asisten, setelah mendapat ijin dari Dosen
Koordinator Praktikum. Dispensasi perubahan jadwal karena sakit hanya
dibolehkan satu kali selama periode praktikum.
15. Ketentuan lulus praktium
• Telah mengikuti tes pendahuluan sebelum praktikum dimulai.
• Telah melaksanakan semua percobaan pada semester yang sama dan
dinyatakan lulus oleh asisten.
• Menyerahkan laporan praktikum untuk semua percobaan yang telah
dilaksanakan dan dinilai oleh asisten.
• Lulus ujian akhir praktikum.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika vi
SUSUNAN PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM
1. KULIT LUAR/SAMPUL (Cover)
2. PENULISAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN JURNAL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
SEMESTER GANJIL 2003/2004
NAMA : ..................................
NPM : ..................................
KELOMPOK : ..................................
LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA
DEPARTMEN TEKNIK GAS DAN PETROKIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2003
Tanggal
PERCOBAAN 1 :
JUDUL
I. TUJUAN
II. PRINSIP KERJA
III. BAHAN DAN ALAT
IV. PROSEDUR DAN PENGAMATAN
PERC. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN
A 1
2
3
4
B 1
2
3
4
Praktikan :
Nama/NPM : 1.......................... Tanda tangan asisten,
2..........................
( )
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika vii
3. PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal
PERCOBAAN 1
JUDUL
I. TEORI
II. PENGOLAHAN DATA
III. ANALISIS HASIL PENGAMATAN
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
V. JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN
VI. DAFTAR PUSTAKA
PRAKTIKAN :
1. ......................., NPM ............................. Tanda tangan asisten,
2. ......................., NPM ............................
3. ......................., NPM ............................ (................................)
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (1)
ADSORPSI ISOTERMIS
Percobaan
1
TUJUAN
Mengamati peristiwa adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.
TEORI
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan cairan pada permukaan zat penyerap
(adsorbsi). Zat yang diserap disebut adsorbat. Zat padat terdiri dari atom-atom atau
molekul-molekul yang saling tarik menarik dengan daya tarik Van Der Waals. Kalau
ditinjau molekul-molekul di dalam zat padat, maka gaya tarik menarik antara satu
molekul dengan molekul yang lain disekelilingnya adalah seimbang. Sebab gaya tarik
yang satu akan dinetralkan oleh yang lain yang letaknya simetri (atau resultantenya =
0).
Lain halnya dengan molekul-molekul yang letaknya dipermukaan, gaya tarik
kedua molekul tersebut tidak seimbang karena pada salah satu arah disekeliling molekul
tersebut tidak ada molekul lain yang menariknya. Akibatnya zat tersebut akan menarik
molekul-molekul gas aatau solute kepermukaannya. Fenomena ini disebut adsorbsi.
Adsorbsi dipengaruhi :
- Macam adsorben
- Macam zat yang diadsorbsi (Adsorbat)
- Konsentrasi masing-masing zat
- Luas permukaan
- Temperatur
- Tekanan
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (2)
Untuk adsorben dengan luas permukaan tertentu, makin tinggi konsentrasi
adsorbat makin besar zat yang dapat diserap. Proses adsorbsi berada dalam keadaan
setimbang apabila kecepatan desorbsi sama dengan kecepatan adsorbsi. Apabila salah
satu zat ditambah atau dikurangi maka akan terjadi kesetimbangan baru.
Desorbsi adalah kebalikan adsorbsi, yaitu peristiwa terlepasnya kembali
adsorbat dari permukaan adsorben. Adsorbsi isotermis adalah adsorbsi yang terjadi pada
temperatur tetap. Untuk menerangkan fenomena adsorbsi secara kuantitatif kita
mendasarkan pada teori termodinamika dari Gibbs dan Van’t Hoff.
A. Persamaan empiris dari Adsorbsi isotermis Freundlich :
Χ n = k Cn → n log C + log k = log X - log n
dimana,
X = berat zat (solut) yang teradsorbsi (gram)
m = berat adsorben (gram)
C = konsentrasi larutan setelah diadsorbsi (setelah setimbang)
k = konstanta Freundlich
n = konstanta lain
B. Persamaan teoritis dari adsorbsi Langmuir :
Nm K Nm
C
N
C = + 1
dimana,
N = mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (3)
C = konsentrasi akhir dari asam dalam mol/liter
K = konstanta Langmuir
Nm = jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada
karbon aktif.
Baik persamaan Freundlich maupun persamaan Langmuir hanya sesuai/cocok
jika zat yang diserap membentuk lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan
adsorben. Kedua isoterm tersebut tidak cocok lagi pada tekanan yang lebih tinggi,
karena lapisan adsorbat yang terserap tidak lagi berbentuk lapisan tunggal, tetapi
menjadi lapisan multi molekuler.
Untuk kondisi ini, isoterm yang lebih sesuai dipakai adalah isoterm BET
(Brunauer Emmet and Teller). Isoterm ini dibuat atas dasar anggapan bahwa kekuatan
yang ada dipakai untuk kondensasi dan energi ikat adsorbsi multimolekuler. Kalor
adsorbsi gas pada lapisan kedua, ketiga dst dianggap sama dengan kalor pencairan gas.
Adsorbsi larutan oleh zat padat ada 3 kemungkinan :
a. Adsorbsi positif
Apabila solut relatif lebih besar teradsorbsi daripada adsorbent.
Contoh: zat warna oleh aluminium atau Chromium.
b. Adsorbsi negatif
Apabila solvent relatif lebih besar teradsorbsi daripada solute dalam larutan.
Contoh: Alkaloid dengan karbon aktif
c. Berdasarkan kondisi kita mengenal dua jenis adsorbsi
1. Adsorbsi fisika (physisorption)
Apabila adsorbsi berjalan pada temperatur rendah dan prosesnya reversibel
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (4)
jumlah asam yang hilang karena diadsorp = pengurangan konsentrasi asam
dalam larutan.
2. Adsorbsi kimia (chemisorption, activated adsorbsion)
Apabila adsorbsi berjalan pada temperatur tinggi disertai dengan reaksi kimia
yang irreversibel.
ALAT – ALAT YANG DIPAKAI
1. Kertas Saring
2. Labu erlenmeyer 7 buah
3. Cawan porselin 1 buah
4. Corong 1 buah
5. Pipet ukur 1 buah
6. Buret 1 buah
7. Statif/klem 1 buah
8. Bunsen/kaki tiga/kasa 1 buah
9. Gelas arloji 1 buah
10. Labu takar/gelas ukur 50 ml, 100 ml.
BAHAN-BAHAN YANG DIPAKAI
1. NaOH 0,1 N
2. Asam Asetat
3. Carbon aktif 6 gram
4. HCL
5. Indikator PP/MO
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (5)
PROSEDUR PERCOBAAN
Sebagai adsorben dipakai karbon aktif dan sebagai adsorbat dipakai suatu asam
(ditentukan oleh asisten, misal asam asetat).
1. Panaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampai membara, kemudian
didinginkan dalam exicator. Masukkan dalam enam buah labu erlenmeyer
dengan berat karbon masing-masing 1 gram.
2. Buatlah larutan asam dengan konsentrasi 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03 dan 0,015
M dengan volume masing-masing 100 ml. Larutan ini dibuat dari pengenceran
larutan 0,15 N.
3. Satu enlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya disi 100 ml 0,03M larutan asam
asetat, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol.
4. Tutup semua labu tersebut dan kocoklah secara periodik selama 30 menit,
kemudian biarkan diam untuk paling sedikit 1 jam agar terjadi kesetimbangan.
5. Saringlah masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10 ml
pertama dari filtrat untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi karena
kertas saring.
6. Titrasi 25 ml larutan filtrat dengan 0,1 N NaOH baku dengan indikator PP.
Lakukan 2 kali untuk masing-masing larutan
TUGAS
1. Hitung konsentrasi akhir dari asam asetat dari masing-masing tabungnya.
2. Hitunglah jumlah mol sebelum dan sesudah adsorbsi dan hitung pula jumlah mol
yang telah teradsorbsi.
3. Hitunglah mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif pada masing-masing
tabung.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (6)
4. Hitunglah jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada
karbon aktif (Nm).
BAHAN UNTUK UJI PENDAHULUAN:
1. Bagaimana membuat larutan 0,15 M asam asetat dari asam asetat absolut.
2. Bagaimana membuat larutan 0,12M, 0,09M, 0,06M, 0,03M, 0,015M dari larutan
0,15M asam asetat dengan volume masing-masing 100 ml.
3. Tuliskanlah rumus pH larutan yang terdiri dari campuran asam lemah dengan
basa kuat.
4. Mengapa kita pilih larutan NaOH untuk menitrasi larutan filtrat pada prosedur
no. 6 dan bukan larutan NH4OH yang basa lemah?
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (7)
DISTILASI atau PENYULINGAN
Percobaan
2
TUJUAN:
Mahasiswa/praktikan mampu memisahkan bahan-bahan kimia alami dengan
proses destilasi sederhana.
PERALATAN:
• Labu destilasi 500 ml
• Kondenser
• Labu erlenmeyer
• Termometer
• Pemanas (Heating mantle)
BAHAN:
• Daun dan batang kayu putih
• Daun dan batang kayu manis
• Daun dan batang cengkeh
• Dan lain-lain, Misalnya batang sereh ( Citronella)
PROSEDUR KERJA:
1. Timbang ± 25 gram daun-daunan atau kulit buah yang mengandung bahanbahan
kimia alami dan berkhasiat, seperti kayu-putih, cengkeh, lemon, dan lainlain
(lihat tabel 1) yang sudah dirajang halus (dengan lebar sekitar 2 – 5 mm),
kemudian masukkan ke dalam labu destilasi 500 mL dan tambahkan 250 mL air.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (8)
2. Periksa instalasi dan semua sambungan alat destilasi dengan seksama. Pastikan
tidak ada yang salah pasang dan kendur.
3. Nyalakan kerangan air untuk pendinginan kondenser dengan bukaan yang relatif
kecil sekali (± 25%).
4. Nyalakan pemanas untuk labu distilasi (± skala 9).
5. Lakukan operasi distilasi selama 30 menit (gunakan stopwatch), mulai dari
tetesan pertama.
6. Simpan hasilnya pada labu erlenmeyer dan pisahkan di tempat yang aman.
7. Timbang ± 25 gram daun-daunan + batang kering (atau campuran kulit basah
dan kering), kemudian masukkan ke dalam labu destilasi 500 mL dan tambahkan
250 ml air.
8. Ulangi seperti langkah 2 s/d 6 di atas.
TUGAS
1. Amati hasil-hasil yang didapat dari prosedur kerja di atas, dengan parameterparameter
sebagai berikut:
- Berat dan volume campuran,
- Bau atau aroma campuran,
- Fasa campuran,
- Warna cairan,
- Densitas produk (relatif terhadap air),
- Lain-lain (tanyakan pada koordinator atau asisten).
2. Carilah literatur-litratur (termasuk koran dan majalah ilmiah populer) yang
berhubungan dengan percobaan ini.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (9)
Tabel 1. Tumbuhan dan buah yang mengandung bahan-bahan kimia alami.
No. Tumbuhan Produk Minyak
1. Cengkeh (Syzygium aromaticum) Minyak cengkeh (± 85 % eugenol)
2. Kayu putih (± 500 species: Eucalyptus
critriodora, E. smithii, E. globulus, E.
robusta)
Minyak kayu putih (mayoritas: cineole,
piperitone)
3. Kulit buah jeruk lemon (Citrus limon, C.
medica)
Minyak lemon (lemon oil, mengandung: dlimonene
dan citral))
4. Kayu manis (Cinnamomum cassiavera,
Cinnamomum iners, Cinnamomum
zeylanicum)
Minyak kayu manis (mayoritas mengandung:
cinnamon, dan saffrol)
5. Nilam (Pogostemon cablin (Blanco),
Pogostemon heyneanus, Pogostemon
hortensis)
Minyak nilam (patchouli oil, mengandung
senyawaan: patchouli alcohol, patchouli
campur, eugneno, benzaldehyde,
cinnamic aldehide, cadinene)
Gambar 1. Rangkaian alat distilasi sederhana
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (10)
Gambar 2. Daun kayu putih Gambar 3. Daun kayu manis
Gambar 4. Daun nilam Gambar 5. Daun cengkeh
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (11)
PENGARUH KONSENTRASI DAN
SUHU PADA LAJU REAKSI
Percobaan
3
TUJUAN:
1. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi.
2. Mempelajari pengaruh suhu pada laju reaksi
PENDAHULUAN
Percobaan ini bersifat semi kualitatif yang dapat digunakan untuk menentukan
pengaruh perubahan konsentrasi dan pengaruh suhu pada laju reaksi. Reaksi yang
diamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang terbentuk apabila tiosulfat
direaksikan dengan asam. Yang diukur dalam percobaan ini adalah waktu yang
dperlukan agar koloid belerang mencapai suatu intensitas tertentu. Reaksi
pengandapan belereng dapat ditulis sebagai berikut :
2 2 ( )
2
2 3 ( ) 2 ( ) ( ) ( ) s S O − aq + H + aq → H O I + SO g + S
ALAT-ALAT YANG DIPAKAI
1. Gelas ukur
2. Stop Watch
3. Erlenmeyer
4. Thermometer
5. Bunsen, Kaki tiga dan kasa
6. Pipet Volum
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (12)
BAHAN-BAHAN YANG DIPAKAI
1. 2 2 3 Na S O
2.HCL
PROSEDUR PERCOBAAN
Bagian A
1. Tempatkan 50 ml natrium tiosulfat 0,25 M dalam gelas ukur yang mempunyai
alas rata.
2. Tempatkan gelas ukur tadi diatas sehelai kertas putih tepat diatas tanda silang
hitam yang dibuat pada kertas putih tsb, sehingga ketika dilihat dari atas melalui
larutan tiosulfat, tanda silang itu jelas terlihat.
3. Tambahkan 2 ml HCL 1 M dan tepat ketika penambahan dilakukan nyalakan
stop watch. Larutan diaduk agar pencampuaran menjadi merata, sementara
pengamatan dari atas tetap dilakukan.
4. Catat waktu yanag diperlukan sampai tanda silang hitam tidak dapat diamati dari
atas.
5. Suhu larutan diukur dan dicatat
6. Ulangi langkah-langkahdi atas dengan volume larutan tiosulfat dan volume air
yang berbeda-beda
TUGAS
1. Dalam percobaan ini 1/waktu digunakan untuk mengukur laju reaksi.
Buatlah kurva laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi tiosulfat
2. Hitung order reaksi terhadap tiosulfat
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (13)
Bagian B
1. Masukkan 10 ml larutan Na-tiosulfat 0,5 M kedalam gelas ukur, lalu encerkan
hingga volumenya mencapai 50 ml
2. Ambil 2 ml HCL 1 M, masukkan ke dalam tabung reaksi, tempatkan gelas ukur
dan tabung reaksi tersebut pada penangas air yang suhunya ± 35oC. Biarkan
kedua larutan tersebu beberapa lama, sampai mencapai suhu kesetimbangan.
Ukur suhu dengan menggunakan termometer dan catat.
3. Tambahkan asam kedalam larutan tiosulfat, dan pada saat yang bersamaan
nyalakan stop watch. Larutan diaduk lalu tempatkan gelas ukur diatas tanda
silang hitam. Catat waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang tidak terlihat lagi
bila dilihat dari atas.
4. Ulangi langkah diatas untuk berbagai suhu sampai 60oC (lakukan untuk 4 suhu
yang berbeda).
TUGAS
1. Laju reaksi dinyakan sebagai 1/waktu. Buat kurva laju reaksi sebagai fungsi
suhu (oC). Buat kurva log laju reaksi sebagai fungsi 1/suhu (1/oK).
2. Beri komentar mengenai bentuk kurva yang diperoleh.
PERTANYAAN
1. Faktor apa yang mempengaruhi kecepatan reaksi ?
2. Apa yang dimaksud dengan konstanta kecepatan reaksi ?
3. Peningkatan suhu tidak selalu berarti peningkatan laju reaksi.
Beri komentar anda mengenai hal ini !
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (14)
PUSTAKA
Tony Bird,”Penuntun Praktikum KIMIA FISIKA untuk Universitas”., Alihbahasa,
Kwee le Tjien, Cet.1, Jakarta : Gramedia, 1987
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (15)
SISTEM ZAT CAIR
TIGA KOMPONEN
Percobaan
4
TUJUAN:
Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam dua cairan tertentu.
TEORI
Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel bebas yang diperlukan
untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan
sebagai :
F = C – P + 2
dimana,
F = jumlah derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fasa
Dalam ungkapan diatas, kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekaanan dan
komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan
tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai :
F = 3 – P
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka F = 2, berarti untuk
menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua
komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan,
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (16)
maka F = 1, berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan
konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem
tersebut. Oleh karena sistem tiga kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai
jumlah derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat
digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut
diagram terner.
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga kompoen tergantung pada daya saling
larut antar zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C.
A dan B saling larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan
memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B.
Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling
larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna. Kelarutan
cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat
digambarkan pada suatu diagram terner. Prinsip menggambarkan komposisi dalam
diagram terner dapat dilihat pada gambar (1) dan (2) di bawah ini.
P
C
A B y
x
z
Gambar 1
Titik A, B dan C menyatakan kompoenen murni. Titik-titik pada sisi Ab, BC
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (17)
dan Ac menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik didalam segitiga
menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan suatu campuran dengan
fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y dan z.
C
A B
P
Q
25 50 75
75
50
75 25
50
25
Gambar 2
Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25%, dan C =
50%. Titik-titik pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan perbandingan
dengan jumlah A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang berubah. Hal yang
sama berlaku bagi garis-garis yang ditarik dari salah satu sudut segitiga kesisi yang ada
dihadapannya. Daerah didalam lengkungan merupakan daerah dua fasa. Salah satu cara
untuk menentukan garis binoidal atau kurva kelarutan ini ialah dengan cara menambah
zat B ke dalam berbagai komposisi campuran A dan C. Titik-titik pada lengkungan
menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi
keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah menjadi
dua larutan konjugat terner.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (18)
ALAT-ALAT YANG DIPAKAI
1. Labu tertutup 100 ml 5 buah
2. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
3. Burat 50 ml 3 buah
4. Neraca
5. Thermometer
BAHAN-BAHAN YANG DIPAKAI
1. Aseton
2. Benzena
3. Kloroform
4. Etanol
5. Asam asetat glasial
6. Aquades
JALANNNYA PERCOBAAN
1. Dalam labu erlenmeyer yang bersih, kering dan tertutup, buatlah 9 macam
campuran cairan A dan C yang saling larut sempurna dengan komposisi sebagai
berikut :
Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
ml A 2 4 6 8 10 12 14 16 18
ml B 18 16 14 12 10 8 6 4 2
Semua pengukuran volume dilakukan dengan buret
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (19)
2. Titrasi tiap campuran dalam labu 1 s/d 9 dengan zat B sampai tepat timbul
kekeruhan, dan catat jumlah volume zat B yang digunakan.
Lakukan titrasi dengan perlahan-lahan
3. Tentukan rapat massa masing-masing cairan murni A, B dan C
4. Catat suhu kamar sebelum dan sesudah percobaan
TUGAS
1. Lakukan percoban di atas untuk zat A, B dan C sesuai dengan tugas dari asisten.
Berdasarkan zat yang diberikan, tentukan sendiri zat mana yang memiliki sifat
A, B dan C. Beberapa kemungkinan tugas adalah sebagai berikut :
Kloroform-aseton-air, Aseton-benzena-air, Air-kloroform-asam asetat dan Airbenzena-
etanol
2. Hitung konsentrasi ketiga komponen dalam fraksi mol untuk tiap campuran
ketika terjadi perubahan jumlah fasa, dengan rumus :
xi = ni/(n1 + n2 + n3)*100%
n1 = V1 p1/M1, n2 = V2 p2/M2 = V3 p3/M3
3. Gambarkan kesembilan titik itu pada kertas grafik segi tiga dan buat kurva
binoidalnya sampai memotong sisi AB dari segitiga
PERTANYAAN
1. Dapatkah penggambaran komposisi cairan dalam diaagram terner dinyatakan
dalam persen volum ? Jelaskan !
2. Apa arti garis hubung (tie line) serta bagaimana cara menentukannya secara
eksperimental.
3. Apa pula arti titik kritik dalam diagram terner ? berapa derajat kebebasannya ?
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (20)
4. Gambarkan diagram terner untuk sistem yang mempunyai dua pasang cairan
yang saling larut sebagian, pasangan itu, misalnya A dan B serta B dan C.
PUSTAKA
A.W. Francis, Liquid-Liquid Equilibriums, Interscience Publisher, New York, 1963
Daniel et al., “Experimental Physical Chemistry”, ed VII, 1970, hal. 128-131
G.W. Caastellan, Physical Chemistry, Ed. I, 1971, hal. 247-350
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (21)
TEGANGAN PERMUKAAN
Percobaan
5
TUJUAN:
1. Menentukan tegangan permukaan cairan secara relatif dengan air sebagai
pembanding.
2. Menentukan parakhor tunggal.
TEORI:
Molekul-molekul yang berada dalam fasa cair seluruhnya akan dikelilingi oleh
molekul-molekul dengan gaya tarik-menarik yang sama kesegala arah. Sedangkan
molekul pada permukaan mengalami tarikan ke dalam rongga cairan karena gaya tarikmenarik
di dalam rongga cairan lebih besar dari pada gaya tarik-menarik oleh molekul
uap yang berada di atas permukaan cairan. Hal ini berakibat permukaan cenderung
mengkerut untuk mencapai luas yang sekecil mungkin.
Tegangan permukaan (g) didefinisikan sebagai gaya tiap satuan panjang yang
bekerja pada permukaan untuk melawan pembesaran permukaan, atau sebagai energi
persatuan luas yang diperlukan untuk memperluas permukaan sebesar satu satuan luas
pada suhu, tekanan, dan komposisi tetap.
Metode penentuan tegangan permukaan diantaranya ialah:
1. Metode kenaikan kapiler
Bila suatu pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu cairan yang membasahi
dinding, maka cairan akan naik ke dalam kapiler karena adanya tegangan
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (22)
permukaan. Kenaikan cairan sampai ketinggian tertentu, sehingga terjadi
keseimbangan antara gaya ke atas dan gaya ke bawah menyebabkan tinggi
permukaan cairan akan stabil.
Gaya ke atas : 2πrγ cos θ
Gaya ke bawah : πr2 h d g
Gaya ke atas sama dengan gaya ke bawah sehingga didapat persamaan untuk
tegangan permukaan yaitu:
γ = ½ r h d g (untuk θ = 0)
γ
θ
γ cos θ
d
h

dimana:
h = Tinggi permukaan cairan pada kapiler
d = Massa jenis cairan
g = Gaya gravitasi
r = Jari-jari pipa kapiler
γ = Tegangan permukaan
θ = Sudut kontak
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (23)
Percobaan ini dilakukan menggunakan zat cair yang telah diketahui tegangan
permukaannya sebagai pembanding.
2. Metode Berat Tetes
Suatu cairan yang membasahi gelas akan berupa tetesan pada ujung pipa
vertikal. Mula-mula tetesan berupa setengah bola, kemudian memanjang dan
membentuk pinggang. Pada saat akan jatuh bebas, gaya ke bawah pada tetesan
(mg) akan sama dengan gaya ke atas yang menahan tetesan (2πrγ), sehingga
menurut Hukum Tate diperoleh:
mg = 2πrγ atau γ = mg/(2πr)
dimana: m = Massa satu tetesan
g = Gaya gravitasi
r = Jari-jari pipa luar
γ = Tegangan permukaan
Berat tetesan yang jatuh bukan berat yang ideal, karena sekitar 40% dari cairan
masih tertinggal pada ujung pipa, oleh karena itu diperlukan suatu faktor
koreksi (Fd) sehingga:
Fd
r
mg .
2 (  


 

=
π
γ
Dimana Fd merupakan faktor koreksi yang bergantung pada V/r3, jika V adalah
volume suatu tetesan. Nilai ini dapat dicari pada tabel Harkins dan Brown
(lihat pustaka). Nilai Fd untuk percobaan dapat dicari dengan menggunakan
grafik V/r3 terhadap Fd.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (24)
Parakhor
Oleh Sugden parakhor didefinisikan sebagai:
γ



= 
d
P M
Dimana M adalah berat molekul zat, d adalah massa jenis zat dan γ adalah tegangan
permukaan.
Parakhor bersifat aditif dan dapat dihitung dari parakhor ekivalen unsur-unsur
pembentuknya dengan mengingat ikatan-ikatan kimia yang dimiliki senyawa tersebut.
Tabel faktor koreksi untuk berat tetes:
V/r3 Fd
2.995 0.261
2.637 0.262
2.341 0.264
2.093 0.265
1.706 0.266
1.424 0.265
1.211 0.264
1.124 0.263
1.048 0.262
A B
Peralatan dan bahan yang dipergunakan:
1. Pipa kapiler - Alkohol
2. Alat berat tetes - Aseton
3. Botol timbang - Benzen
4. Labu erlenmeyer - Toluen
5. Neraca - Larutan NaCl 0.2M
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (25)
6. Mikrometer atau Mistar ukur geser - dll.
7. Termometer
8. Piknometer.
Prosedur Percobaan:
1. Metode Kenaikan Kapiler
- Tentukan terlebih dahulu massa jenis masing-masing cairan dengan
menggunakan piknometer.
- Tabung diisi air, kemudian pipa kapiler dimasukkan ke tabung dan diberi
tekanan, sehingga air dalam kapiler naik dan kemudian tekanan dilepaskan
sehingga permukaan kapiler akan turun sampai pada ketinggian tertentu.
- Catat permukaan cairan di dalam pipa kapiler dan di luar pipa kapiler sehingga
didapat selisih tinggi permukaan tadi yang merupakan nilai h.
- Ulangi percobaan ini sampai tiga kali pengamatan kemudian diganti dengan
cairan yang akan dicari nilai tegangan permukaannya.
2. Metode Berat Tetes
- Tabung A diisi air sampai lebih tinggi sedikit dari tanda tertentu.
- Pada tabung B diisap dengan pompa sehingga ada tetes air yang melewati
kapiler, biarkan menetes sampai tanda tertentu.
- Hitunglah banyaknya tetesan mulai dari tanda sampai dibawahnya lagi.
- Ulangi percobaan ini tiga kali untuk setiap zat cair yang akan dicari nilai
tegangan permukaannya.
Tugas:
1.a. Untuk sistem 2 cairan murni yang saling larut, siapkan campuran sebanyak 50 ml
dengan komposisi 25%, 50%, dan 75% volum A.
b. Untuk sistem padat cairan yang larut sempurna, siapkan larutan dengan
konsentrasi 0.2M, 0.15M dan 0.05M.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (26)
2. Tentukan tegangan permukaan (γ), dan massa jenis zat murni dan larutan-larutan
yang dibuat.
3. Plot grafik γ terhadap komposisi larutan.
4. Untuk zat murni, tentukan faktor koreksi Fd dari perhitungan massa satu tetes (m)
dan massa jenis (d) secara grafik, yaitu grafik V/r3 terhadap nilai Fd dari tabel.
Bandingkan harga γ dari percobaan dengan harga γ dari literatur.
5. Hitung pula parakhor zat murni dan bandingkan nilai yang didapat dengan
parakhor yang dihitung dari parakhor ekivalen.
Pertanyaan:
1. Untuk sistem yang anda teliti jelaskan efek zat terlarut terhadap perubahan tegangan
permukaan pelarut murni.
2. Untuk cairan yang tak membasahi gelas, apakah peralatan yang anda pakai dapat
digunakan? Jelaskan!
3. Dengan mengingat konsep parakhor, dalam hubungan dengan penelitian ilmu kimia,
pentingkah penentuan tegangan permukaan ini?
Pustaka
1. Glasstone, S. 1946. “Textbook of Physical Chemsitry”. 2nd ed. P. 487-496.
2. Harkins and Brown. 1919. Journal Am. Chem. Soc. 41. P. 499.
3. Daniels, F. Et al. 1970. “Experimental Physical Chemistry”. 7th ed. P. 359-365.
McGraw Hill.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (27)
KENAIKAN TITIK DIDIH
Percobaan
6
TUJUAN:
Untuk menentukan berat molekul suatu zat dengan metode kenaikan titik didih.
TEORI:
Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka
tekanan uap akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik bekunya
akan turun dibandingkan dengan pelarut murni.
Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih sebanding dengan jumlah
zat terlarut dan dapat ditunjukkan dengan hubungan:
ΔT = Kb.m atau Kb = MA WA ΔT/(1000 WB)
dimana
ΔT : Kenaikan titik didih
Kb : Tetapan kenaikan titik didih molal
m : Molalitas zat terlarut
WA : Massa pelarut (gram)
WB : Massa zat terlarut (gram)
MB : Berat molekul zat terlarut
Harga Kb dapat diketahui jika massa m zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan titik
didih pelarut murni, dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui konsentrasinya,
dapat ditentukan berat molekul zat terlarut.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (28)
PERALATAN YANG DIGUNAKAN :
1. Gelas piala
2. Termometer
3. Tabung reaksi
4. Bunsen
5. Pengaduk
BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN :
1. NaCl
2. KCl
3. Zat X
PROSEDUR PERCOBAAN:
1. Keringkan alat -alat yang akan digunakan.
2. Isi gelas piala kira-kira dengan 300 ml air dan panaskan menggunakan bunsen.
3. Ukurlah titik didih pelarut murni.
4. Ukur titik didih larutan yang diketahui berat molekulnya, massa zat terlarut,
dan massa pelarut ( 3 kali ).
5. Ulangi langkah 4 untuk zat terlarut yang diberikan oleh asisten (3 kali).
TUGAS:
1. Amati betul-betul suhu pada butir 4.
2. Tentukan berat molekul zat X.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (29)
PERTANYAAN:
1. Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni?
2. Mengapa titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni?
3. Bagaimana persamaan untuk menentukan kenaikan titik didih pada teori jika
larutannya adalah larutan elektrolit (gunakan persamaan ini untuk menghitung hasil
percobaan yang menggunakan larutan elektrolit).
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (30)
VOLUM MOLAL PARSIAL
Percobaan
7
TUJUAN:
1. Menentukan volum molal parsial dengan bantuan kurva volum molal nyata (0)
untuk zat terlarut vs jumlah mol zat terlarut pada volum molal parsial tertentu.
2. Menghitung massa jenis larutan.
TEORI:
Volum molal parsial komponen I dari sistem larutan didefinisikan sebagai:
T P niJ i
ni
V Vi = 



=  , ,
δ
δ
Dimana V adalah volum, n adalah jumlah mol, T adalah suhu dan P adalah tekanan
sistem.
Volum larutan adalah fungsi dari suhu, tekanan, dan jumlah mol dan dapat dinyatakan
sebagai:
V = f (T, P,n1,n2,...)
atau
2 ...
2
1
1
= + + + dn +
n
dn V
n
dP V
P
dT V
T
dV V
δ
δ
δ
δ
δ
δ
δ
δ
Pada suhu dan tekanan tetap, dari persamaan (1) dan (3) didapat:
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (31)
dV =V1dn1+V 2dn2 + ...
Volum molal parsial akan tetap pada kondisi dimana komposisi, suhu, dan tekanan
tetap.
Integrasi persamaan (4) pada kondisi tersebut memberikan:
V = n1V1+ n2V 2 + ... + tetapan
Jika n1 = n2 maka tetapan akan sama dengan 0.
Contoh perhitungan volum molal parsial:
Misalkan akan dicari volum molal parsial zat terlarut dalam pelarut air sebanyak 1000
gram, maka:
V = n1V1+ n2V 2
1000 gram air = 55.51 mol sehingga:
V = n1V1+ n2V 2
Dimana V adalah volum seluruh larutan, n1 adalah jumlah mol air dengan volum molal
parsial V1, dan m adalah jumlah mol zat terlarut dengan volum molal parsial V2.
Jika V0 adalah volum molal air murni, dan φ adalah volum molal nyata untuk zat
terlarut, maka:
V = n1V 01+ n2φ
Diketahui pula bahwa,
a
V mM dann V
laru ρ ρ
1000 2 1 01 1000
tan
=
+
=
Dimana M2 adalah berat molekul solut, ρlarutan adalah massa jenis larutan dan ρa adalah
massa jenis air murni.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (32)
Dari persamaan (8) didapat:
 

 
 −
= 1 21000 ( ) tan
tan a
a
m
M laru
laru ρ
ρ ρ
ρ
φ






= 1 2 − 1000 ( )
tan Wo We
W Wo
m
M
laru ρ
Dimana W adalah massa piknometer yang berisi larutan, We adalah massa piknometer
kosong, dan Wo adalah massa piknometer berisi air murni.
Dari definisi volum molal parsial dan persamaan (6) dan (7):
, , 1
2
2 P T N
N
V V 



= 
δ
δ
, , 1
2
2 P T N
N
N 



= + 
δ
δφ
φ



= + 
m
m
δ
δφ
φ
Demikian pula untuk
 

 




= − 

= , , 1
1
1 1 2
1
1
1
1 2 2 0 T P N
N
N V N
N N
V V N V
δ
δφ



= − 
m
V m
δ
δφ
55.51
1 2
Pada umumnya untuk larutan elektrolit sederhana, volum molal parsial nyata (apparent
molal volum) adalah linear terhadap √m. Prediksi Debye-Huckel untuk larutan encer
sesuai dengan perilaku ini karena:
2 ( )
( ) 1
( ) d m
x d
dm m
d m
x
d m
d
dm
dφ φ φ
= =
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (33)
Persmaan (10 dan (12) dapat diubah menjadi:
2 ( )
2
d m
V m dφ
=φ +
 


 


= −
55,51 2 ( )
1 10
d m
V V m m d
φ
Dari persamaan (13) dapat dibuat grafik φ vs √m yang linear, sehingga didapat gradien
dφ/d(√m). Pada √m = 0, nilai φ = φ0. Selanjutnya dari kedua nilai tersebut dapat
dihitung V1 dan V2.
PERALATAN YANG DIGUNAKAN:
1. Neraca
2. Labu ukur
3. Piknometer
4. Erlenmeyer
5. Pengaduk
BAHAN:
1. Garam NaCl
2. Aquades
PROSEDUR PERCOBAAN:
1. Buat larutan NaCl 3 M sebanyak 200 ml.
2. Dengan cara pengenceran buatlah larutan dengan konsentrasi ½, ¼, 1/8, dan
1/16 dari konsentrasi semula.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (34)
3. Timbanglah massa piknometer kosong We, piknometer berisi air Wo, dan
massa piknometer yang berisi masing-masing larutan.
4. Catat suhu dalam piknometer.
TUGAS:
1. Hitung φ dari setiap harga m.
2. Buat grafik antara φ vs √m, tentukan φ0 dan gradien dφ/d(√m).
3. Hitung volum molal parsial V1 dan V2.
4. Hitung massa jenis larutan (ρlarutan ) untuk masing-masing larutan yang dibuat.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (35)
TETAPAN KESETIMBANGAN
Percobaan
8
TUJUAN:
1. Mengukur tetapan kesetimbangan.
2. Memperlihatkan bahwa tetapan kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaktan.
TEORI:
Dalam pengukuran tetapan kesetimbangan, pada praktiknya akan ditemui beberapa
kesulitan. Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi, pertama kali reaksi harus ditunggu
sampai ia mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur,
baru nilai Kc dapat ditentukan. Akan tetapi dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau
produk seringkali sejumlah larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini
akan mempengaruhi kesetimbangan. Idealnya harus digunakan suatu metode yang tidak
melibatkan pengambilan larutan untuk dianalisis seperti metode di atas. Salah satu
metode yang tidak melibatkan pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi
reaktan atau produk adalah metode kalorimeter.
CH3COOH + C2H5OH ⇔ CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oleh ion H+. Walaupun
telah dikatalisis, untuk mencapai kesetimbangan masih diperlukan waktu beberapa hari,
karena reaksinya sangat lambat. Konsentrasi reaktan atau produk dapat ditentukan
dengan titrasi yang dilakukan dengan cepat agar tidak mengganggu kesetimbangan
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (36)
secara nyata. Tetapan kesetimbangan selanjutnya dapat dihitung menggunakan
persamaan:
( )( )
( COOH)(C H OH)
Kc COOC H H O
3 2 5
3 2 5 2
CH
= CH
PERALATAN YANG DIGUNAKAN:
1. Buret
2. Erlenmeyer tertutup
3. Neraca
4. Pipet volum
BAHAN:
1. HCl 2M
2. Etanol (kandungan airnya diketahui)
3. Asam asetat
4. Indikator phenolpthalein (PP)
PROSEDUR PERCOBAAN:
• Kesetimbangan reaksi yang akan dicoba baru tercapai satu minggu kemudian,
sehingga larutan harus dibuat terlebih sekarang, dan dititrasi seminggu
kemudian.
• Pertamakali buret-buret yang tersedia diisi dengan larutan HCl, Asam asetat
glasial, dan Etanol.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (37)
• Kemudian ke dalam empat buah labu erlenmeyer tertutup dibuat larutan dengan
komposisi seperti pada tabel di bawah. Segera setelah larutan dibuat, labu
erlenmeyer tadi ditutup dengan penutupnya untuk mencegah terjadinya
penguapan. Jangan lupa memberi tanda pada setiap labu erlenmeyer.
Nomor HCl (ml) Etanol (ml) Asam asetat (ml)
1 5 1 4
2 5 2 3
3 5 3 2
4 5 4 1
• Letakkan larutan yang telah dibuat pada penangas bertermostat pada suhu ruang
selama satu minggu (dapat juga ditempatkan pada tempat yang variasi suhu
udaranya kecil).
• Setelah satu minggu (minimum 3 hari)
1. Titrasi setiap larutan secara cepat dengan 0.1M NaOH. Gunakan indikator
PP dan catat hasilnya.
2. Titrasi 5 ml HCl 2M dengan 0.1M NaOH. Gunakan indikator PP dan catat
hasilnya.
3. Catat suhu ruang atau suhu penangas.
4. Pipet 5 ml HCl 2M, Etanol, dan Asam asetat, lalu timbang dengan
menggunakan neraca analitik.
TUGAS:
1. Hitung massa jenis asam asetat, etanol, dan HCl 2M.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (38)
2. Hitung jumlah mol air pada awal pencampuran (air berasal dari larutan HCl
2M). Untuk menghitung jumlah mol air, partamakali hitung berapa mol HCl
yang terdapat dalam 5 ml HCl 2M dan kemudian hitung berat HCl yang
terdapat pada 5 ml HCl 2M. Dari berat larutan 5 ml HCl, massa air dapat
dihitung sehingga jumlah mol air juga dapat ditentukan.
3. Hitung jumlah mol asam asetat pada awal pencampuran (gunakan masa jenis
dan volum asam asetat pada awal pencampuran).
4. Hitung jumlah mol etanol pada awal pencampuran.
5. Hitung jumlah mol asam asetat pada awal kesetimbangan. Untuk
menghitungnya kurangi volume 1M NaOH yang diperlukan untuk menetralisir
campuran dengan volum 1M NaOH yang diperlukan untuk menetralisir 5 ml
HCl 2M.
6. Hitung jumlah mol etanol pada saat kesetimbangan. Perlu diingat bahwa untuk
setiap mol asam asetat yang bereaksi akan membutuhkan etanol sebanyak satu
mol.
7. Hitung konsentrasi etil asetat pada saat kesetimbangan.
8. Hitung jumlah mol air pada saat kesetimbangan.
9. Hitung konsentrasi asam asetat, etanol, etil asetat dan air pada saat
kesetimbangan (volum total adalah 10 ml)
10. Hitung tetapan kesetimbangan, Kc.
PERTANYAAN:
1. Nilai ΔH pembentukan ester adalah positip. Bila campuran dipanaskan bagaimana
pengaruh suhu ini terhadap Kc?
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (39)
2. Apakah tetapan kesetimbangan Kc bergantung pada konsentrasi awal reaktan?
Jelaskan!.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (40)
PENENTUAN BERAT MOLEKUL
SENYAWA BERDASARKAN
PENGUKURAN MASSA JENIS GAS
Percobaan
9
TUJUAN:
1. Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatile)
berdasarkan pengukuran massa jenis gas
2. Melatih menggunakan persamaan gas ideal.
TEORI
Persamaan gas ideal dan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat
senyawa yang mudah menguap. Dari persamaan gas ideal didapat
P·V = n R T
atau
PV = (m/BM) RT
Dengan mengubah persamaan
P(BM) = (m/V) RT = ρRT
di mana:
BM : Berat molekul
P : Tekanan gas
V : Volume gas
T : Suhu absolut
R : Tetapan gas ideal
ρ : Massa jenis
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (41)
ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN:
1. Labu erlenmeyer 150 ml
2. Gelas piala 600 ml
3. Alumunium foil
4. Karet gelang
5. Jarum
6. Neraca
7. Desikator
8. Cairan yang mudah menguap (misal CHCl3)
PROSEDUR PERCOBAAN:
1. Ambil sebuah labu erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering, tutup
labu tersebut dengan aluminium foil, lalu kencangkan tutup tadi dengan
karet gelang.
2. Timbang labu erlenmeyer yang telah ditutup tadi.
3. Masukkan sekitar 5 ml cairan yang mudah menguap ke dalam labu
erlenmeyer, kemudian tutup kembali dengan kencang sehingga kedap gas.
Lalu beri lubang kecil pada tutup aluminium foil agar udara dapat keluar.
4. Rendam labu erlenmeyer dalam penangas air bersuhu sekitar 1000C
sedemikian sehingga air sekitar 1 cm di bawah aluminium foil.
5. Biarkan labu erlenmeyer tersebut dalam penangas air sampai semua cairan
di dalamnya menguap. Catat suhu penangas air.
6. Angkat labu dari penangas, keringkan air yang terdapat pada bagian luar
labu dengan lap, lalu tempatkan labu dalam desikator untuk mendinginkan
dan mengeringkannya. Udara akan masuk kembali ke dalam labu
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (42)
erlenmeyer melalui lubang kecil dan uap cairan volatil yang terdapat dalam
labu akan mengembun kembali menjadi cairan.
7. Timbang labu erlenmeyer dengan jalan mengisinya dengan air sampai
penuh dan mengukur massa air yang terdapat dalam labu. Ukur suhu air
untuk mengetahui massa jenis air, sehingga akhirnya volum air dalam labu
yang juga merupakan volum labu erlenmeyer dapat dihitung.
8. Ukur tekanan atmosfir dengan menggunakan barometer.
Faktor koreksi:
Nilai BM hasil perhitungan akan mendekati nilai sebenarnya, tetapi masih mengandung
kesalahan. Ketika labu erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini penuh dengan udara.
Setelah pemanasan dan pendinginan dalam desikator, tidak semua uap cairan kembali
kebentuk cairannya, sehingga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kembali ke
dalam labu erlenmeyer. Jadi massa labu erlenmeyer dalam keadaan ini lebih kecil dari
pada massa labu erlenmeyer dalam keadaan semua uap cairan kembali kebentuk
cairannya. Oleh karena itu massa cairan X sebenarnya harus ditambahkan dengan massa
udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer karena adanya uap
cairan yang tidak mengembun. Massa udara tersebut dapat dihitung dengan
menganggap bahwa tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk sama dengan tekanan
uap cairan pada suhu kamar. Nilai ini dapat diketahui dari literatur. Sebagai contoh
untuk menghitung tekanan uap CHCl3 pada suhu tertentu dapat digunakan persamaan:
( T)
LogP
+

=
227.4
6.90328 1163.03
Dimana P adalah tekanan uap dalam mmHg dan T adalah suhu dalam derajat celsius.
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (43)
Jadi dengan menggunakan persamaan di atas, tekanan uap CHCl3 pada berbagai suhu
dapat dihitung.
Dengan menggunakan nilai tekanan uap pada suhu kamar, bersama-sama dengan data
mengenai volum labu erlenmeyer dan berat molekul udara (28.8 gr/mol), dapat dihitung
faktor koreksi yang harus ditambahkan pada massa cairan X. Dengan memasukkan
faktor koreksi akan diperoleh nilai BM yang lebih tepat.
TUGAS:
Hitung faktor koreksi dan nilai BM dari data yang diperoleh.
PERTANYAAN:
1. Apakah yang menjadi sumber kesalahan dalam percobaan ini?
2. Dari hasil analisis penentuan berat molekul suatu cairan X yang volatile diperoleh
nilai 120 gr/mol. Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur tersebut mengandung:
Karbon 10%, Klor 89%, dan Hidrogen 1%.
3. Tentukanlah rumus molekul senyawa ini!
Laboratorium Dasar Proses Kimia -–TGP FTUI: Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika (44)
DAFTAR PUSTAKA
1. Bird, Tony. 1987. “Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas”. Alih
bahasa: Kwe Ie Tjien, Cet. 1. Jakarta: Gramedia.
2. Castellan, G.W. 1971. “Physical Chemistry”. 2nd ed.
3. Daniel et al. 1970. “Experimental Physical Chemistry”. 7th ed. McGraw Hill.
4. Francis, A.W. 1963. “Liquid-Liquid Equilibrium”. New York: Interscience
Publisher.
5. Glasstone, S. 1946. “Text Book of Physical Chemistry”. 2nd ed.
Diposting oleh klan uchiha
Rabu, 24 Maret 2010 di 12:15:00 AM | 0 komentar  
Diposting oleh klan uchiha
Kamis, 18 Maret 2010 di 2:04:00 AM | 0 komentar  
1. Pertama - tama anda harus mempunyai program tersebut klik disini untuk mendownload.
2. Extract file misal pada drive E:
3. Buka Command Prompt, yaitu dengan mengklik start > run. Maka akan tampil jendela Run seperti tampak pada gambar dibawah ini. Kemudian ketikkan cmd, pada kotak isian. Lalu klik OK.
4. Setelah mengklik OK, maka akan tampil jendela Command Prompt.
5. Kemudian pada command prompt, ketikkan perintah ...
E: <-------- pindah direktori aktif kedirektori E: cd fortran <-------- agar direktori aktif berada pada direktori E: folder fortran edit <------- untuk masuk kedalam tempat menuliskan program fortran kemudian tekan enter..Maka akan tampil jendela kerja fortran..6. Kemudian ketikkan script berikut :
write(*,*)'deret bilangan'
write(*,*)'ada berapa deret?'
read(*,10)i
10 format(i3)
l=1
do 100 j=l,i
do 200 k=i,l-1
write(*,20)k
20 format(i5\)
200 continue
write(*,'(/)')
l=l+1
100 continue
l=i
do 300 j=1,i
do 400 k=1,l
write(*,50)k
50 format(i5\)
400 continue
write(*,'(/)')
l=l-1
300 continue
7. Lalu save dengan memilih menu file > save8. Maka akan tampil jendela save, ketikkan nama file yang anda inginkan misal TESTER.FOR. Lalu OK.

9. Tampilan script yang telah di ketikkan..

10. Dan jangan lupa penulisan script dimulai pada col 7, untuk penamaan nilai baris ditaruh paling pojok kiri layar. Penulisan script letaknya ikuti seperti tampilan script diatas. Atau jika anda sudah mendownload program fortran yang saya share.Pilih menu file ujian.for.
11. Untuk menjalankan proigram diatas buka folder fortran anda lalu klik dua kali file WATFOR.
11. Stelah dklik maka akan tampil tampilan berikut.
12. Kemudian ketikkan nama file fortran yang anda save , misal yang pertama kita bikin FORTRAN.FOR, lalu tekan enter ....
13. Maka akan tampil output dari program yaitu
ada berapa deret?
14. Kemudian anda bisa mengisi misal 6, maka akan ditampilkan output sebagai berikut :
Diposting oleh klan uchiha
Senin, 21 Desember 2009 di 8:00:00 PM | 0 komentar  

Vektor (spasial)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Sebuah vektor dari A ke B.

Vektor dalam matematika dan fisika adalah obyek geometri yang memiliki besar dan arah. Vektor jika digambar dilambangkan dengan tanda panah (→). Besar vektor proporsional dengan panjang panah dan arahnya bertepatan dengan arah panah. Vektor dapat melambangkan perpindahan dari titik A ke B.[1] Vektor sering ditandai sebagai

\overrightarrow{AB}.

Vektor berperan penting dalam fisika: posisi, kecepatan dan percepatan obyek yang bergerak dan gaya dideskripsikan sebagai vektor.


Panjang Vektor

Untuk mencari panjang sebuah vektor dalam ruang euklidian tiga dimensi, dapat digunakan cara berikut:

\left\|\mathbf{a}\right\|=\sqrt{a_1^2+a_2^2+a_3^2}

Kesamaan dua vektor

Dua buah vektor dikatakan sama apabila keduanya memiliki panjang dan arah yang sama

Kesejajaran dua vektor

Dua Buah Vektor disebut sejajar (paralel) apabila garis yang merepresentasikan kedua buah vektor sejajar.

Operasi vektor

Perkalian skalar

Sebuah vektor dapat dikalikan dengan skalar yang akan menghasilkan vektor juga, vektor hasil adalah:

r\mathbf{a}=(ra_1)\mathbf{i} +(ra_2)\mathbf{j} +(ra_3)\mathbf{k}

[sunting] Penambahan vektor dan pengurangan vektor

Sebagai contoh vektor a=a1i + a2j + a3k dan b=b1i + b2j + b3k.

Hasil dari a ditambah b adalah:

\mathbf{a}+\mathbf{b} =(a_1+b_1)\mathbf{i} +(a_2+b_2)\mathbf{j} +(a_3+b_3)\mathbf{k}

pengurangan vektor juga berlaku dengan cara yang kurang lebih sama

Vektor satuan

Vektor satuan adalah vektor yang memiliki panjang 1 satuan panjang. Vektor satuan dari sebuah vektor dapat dicari dengan cara:

\mathbf{\hat{a}} = \frac{\mathbf{a}}{\left\|\mathbf{a}\right\|} = \frac{a_1}{\left\|\mathbf{a}\right\|}\mathbf{\hat{i}} + \frac{a_2}{\left\|\mathbf{a}\right\|}\mathbf{\hat{j}} + \frac{a_3}{\left\|\mathbf{a}\right\|}\mathbf{\hat{k}}

Lihat pula



Diposting oleh klan uchiha
Senin, 14 Desember 2009 di 9:27:00 PM | 0 komentar  
Hujan asam
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan.
Daftar isi
[sembunyikan]
· 1 Sumber
· 2 Pembentukan hujan asam
· 3 Sejarah
· 4 Metode Pencegahan
· 5 Pranala luar
[sunting] Sumber
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Proses yang terlibat dalam pemecahan Asam ( catatan: bahwa hanya SO2 dan NOX memegang peran penting dalam hujan asam).
[sunting] Pembentukan hujan asam
Secara sedehana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:

Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.
Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.
[sunting] Sejarah
Hujan asam dilaporkan pertama kali di Manchester, Inggris, yang menjadi kota penting dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852, Robert Angus Smith menemukan hubungan antara hujan asam dengan polusi udara. Istilah hujan asam tersebut mulai digunakannya pada tahun 1872. Ia mengamati bahwa hujan asam dapat mengarah pada kehancuran alam.
Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York Times memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest di New Hampshire tentang of the banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.
[sunting] Metode Pencegahan
Di Amerika Serikat, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara menggunakan Flue gas desulfurization (FGD) untuk menghilangkan gas yang mengandung belerang dari cerobong mereka. Sebagai contoh FGD adalah wet scrubber yang umum digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Wet scrubber pada dasarnya adalah tower yang dilengkapi dengan kipas yang mengambil gas asap dari cerobong ke tower tersebut. Kapur atau batu kapur dalam bentuk bubur juga diinjeksikan ke ke dalam tower sehingga bercampur dengan gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang ada, Kalsium karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH netral yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber. Oleh karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri.
Di beberapa area, sulfat tersebut dijual ke pabrik kimia sebagai gipsum bila kadar kalsium sulfatnya tinggi. Di tempat lain, sulfat tersebut ditempatkan di land-fill.
[sunting] Pranala luar
· (en) Acid Rain in New England
· (en) Environmental Literacy Council - Acid Rain
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan_asam"
Kategori: Cuaca Hujan Asam
Tampilan
· Halaman
· Pembicaraan
· Sunting
· ↑
· Versi terdahulu
Peralatan pribadi
· Coba Beta
· Masuk log / buat akun

Cari
Top of Form

Bottom of Form
Navigasi
· Halaman Utama
· Perubahan terbaru
· Peristiwa terkini
· Halaman sembarang
Komunitas
· Warung Kopi
· Portal komunitas
· Bantuan
wikipedia
· Tentang Wikipedia
· Pancapilar
· Kebijakan
· Menyumbang
Cetak/ekspor
· Buat buku
· Unduh sebagai PDF
· Versi cetak
Kotak peralatan
· Pranala balik
· Perubahan terkait
· Halaman istimewa
· Pranala permanen
· Kutip halaman ini
Bahasa lain
· Aragonés
· العربية
· Беларуская
· Български
· বাংলা
· Bosanski
· Català
· Č· esky
· Cymraeg
· Dansk
· Deutsch
· Ελληνικά
· English
· Esperanto
· Español
· Eesti
· Euskara
· فارسی
· Suomi
· Français
· Galego
· עברית
· हिन्दी
· Hrvatski
· Magyar
· Interlingua
· Íslenska
· Italiano
· {
· ಕನ್ನಡ
·
· Latina
· Lietuvių
· Latviešu
· Македонски
· മലയാളം
· Монгол
· Bahasa Melayu
· Nederlands
· ‪Norsk (nynorsk)‬
· ‪Norsk (bokmål)‬
· Polski
· Português
· Română
· Русский
· Sardu
· Simple English
· Slovenč· ina
· Slovenšč· ina
· Shqip
· Српски / Srpski
· Svenska
· Kiswahili
· தமிழ்
· ไทย
· Türkçe
· Українська
· Tiếng Việt
· Winaray
· カ

· Halaman ini terakhir diubah pada 11:41, 5 Oktober 2009.
· Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
· Kebijakan privasi
· Tentang Wikipedia
· Penyangkalan
Diposting oleh klan uchiha
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global).
Penyebab
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida , nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Akibat
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujam asam.
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulphur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Kebanyakan dioxide berasal dari pabrik peleburan logam dan pembangkit listrik, sedangkan nitrogen oxides dihasilkan dari kendaran bermotor.
Polusi ini akan terkumpul diudara dan akan melakukan perjalanan ribuan kilometer di atsmosfer, disaat mereka bercampur dengan uap air akan membentuk zat asam sulphuric dan nitric.disaat terjadinya curah hujan, kabut yang membawa partikel ini terjadilah hujam asam. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mongering bersama debu atau partikel lainnya.
Pada dasarnya hujan asam akan memberikan pengaruh pada daerah yang terkena seperti tanah, air, pabrik atau mesin industri serta bahan-bahan material lainnya.
Dampak Hujan Asam
Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara significan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem.Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
Hutan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batukapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.

Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar difikirkan oleh manusia. Ini merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur mempengaruhi kehidupan manusia. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris (Anonim, 2001). Tetapi istilah hujan asam tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi asam.Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujan asam.Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O, 1992).Kadar SO2 tertinggi terdapat pada pusat industri di Eropa, Amerika Utara dan Asia Timur. Di Eropa Barat, 90% SO2 adalah antrofogenik. Di Inggris, 2/3 SO2 berasal dari pembangkit listrik batu bara, di Jerman 50% dan di Kanada 63% (Anonim, 2005). Menurut Soemarwoto O (1992), 50% nitrogen oxides terdapat di atmosfer secara alami, dan 50% lagi juga terbentuk akibat kegiatan manusia, terutama akibat pembakaran BBF. Pembakaran BBF mengoksidasi 5-50% nitrogen dalam batubara , 40-50% nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam mkinyak ringan dan gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak Nox yang terbentuk. Selain itu NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.Senyawa SO2 dan NOx ini akan terkumpul di udara dan akan melakukan perjalanan ribuan kilometer di atsmosfer, disaat mereka bercampur dengan uap air akan membentuk zat asam sulphuric dan nitric. Disaat terjadinya curah hujan, kabut yang membawa partikel ini terjadilah hujam asam. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mongering bersama debu atau partikel lainnya (Anonim. 2005).2.2 Dampak Hujan Asam Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :DanauKelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.Tumbuhan dan HewanHujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.Kesehatan ManusiaDampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa Nox dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat. Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.2.3 Upaya Pengendalian Deposisi AsamUsaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi. a. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang RendahKandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua sampai lima kali formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu kanker). b. Mengurangi kandungan Belerang sebelum PembakaranKadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci untukk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida( sampai 50-90% (Soemarwoto, 1992).c. pengendalian Pencemaran Selama PembakaranBeberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%.Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan penurunan pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara.Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. Hasil samping proses FGD disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam.d. Pengendalian Setelah PembakaranZat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi, 2000. Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan absorben, yang disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengan cara ini 70-95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau pemisah ruangan (partition boards) dan pelapis dinding (wall boards). Amerika Serikat merupakan negara perintis dalam memproduksi gipsum sintetis ini. Pabrik wallboard dari gipsum sintetis yang pertama di AS didirikan oleh Standard Gypsum LLC mulai November tahun 1997 lalu. Lokasi pabriknya berdekatan dengan stasiun pembangkit listrik Tennessee Valley Authority (TVA) di Cumberland yang berkapasitas 2600 megawatt. Produksi gipsum sintetis merupakan suatu terobosan yang mampu mengubah bahan buangan yang mencemari lingkungan menjadi suatu produk baru yang bernilai ekonomi. Sebagai bahan wallboard, gipsum sintetis yang diproduksi secara benar ternyata memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan gipsum yang diperoleh dari penambangan. Gipsum hasil proses FGD ini memiliki ukuran butiran yang seragam. Mengingat dampak positifnya cukup besar, tidak mustahil suatu saat nanti, setiap PLTU batu bara akan dilengkapi dengan pabrik gipsum sintetis.d. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Teknologi yang digunakan juga harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisi hendaknya diganti dengan teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba membeli kendaraan pribadi, padahal transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi pencemaran udara. Oleh karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutu emisi, baik di industri maupun transportasi
Istilah Efek Rumah Kaca (green house effect) berasal dari pengalaman para petani di daerah iklim sedang yang menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan di dalam rumah kaca. Yang terjadi dengan rumah kaca ini, cahaya matahari menembus kaca dan dipantulkan kembali oleh benda-benda dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah. Namun gelombang panas itu terperangkap di dalam ruangan kaca serta tidak bercampur dengan udara dingin di luarnya. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luarnya. Inilah gambaran sederhana terjadinya efek rumah kaca (ERK).
Pengalaman petani di atas kemudian dikaitkan dengan apa yang terjadi pada bumi dan atmosfir. Lapisan atmosfir terdiri dari, berturut-turut: troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah yang yang terpenting dalam kasus ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca.
Seandainya tidak ada ERK, suhu rata-rata bumi akan sekitar minus 180 C — terlalu dingin untuk kehidupan manusia. Dengan adanya ERK, suhu rata-rata bumi 330 C lebih tinggi, yaitu 150C. Jadi, ERK membuat suhu bumi sesuai untuk kehidupan manusia.
Namun, ketika pancaran kembali sinar inframerah terperangkap oleh CO2 dan gas lainnya, maka sinar inframerah akan kembali memantul ke bumi dan suhu bumi menjadi naik. Dibandingkan tahun 50-an misalnya, kini suhu bumi telah naik sekitar 0,20 C lebih.
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila:1. jumlahnya melebihi jumlah normal2. berada pada waktu yang tidak tepat3. berada pada tempat yang tidak tepat
Sifat polutan adalah:1. merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zatlingkungan tidak merusak lagi
2. merusak dalam jangka waktu lama.Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapidalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuhsampai tingkat yang merusak.
Macam-macam PencemaranMacam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.
a. Menurut tempat terjadinyaMenurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
1. Pencemaran udaraPencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut.a. Gas HzS. Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi,bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
b. Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidakberbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidaksempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalamudara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat meng-ganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan dibumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas.Pemanasan global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumahkaca.
c. Partikel SOZ dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cairmembentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapatmengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur,virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.
d. Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan meng-hasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida ber$ama dengan udara sertaoksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam inimembentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yangdisebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan padamanusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan,perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi. materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian.
Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per m3 udara.
2. Pencemaran airPolusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
a. Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangansampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buanganindustri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifatracun.
b. Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di airberkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
c. Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanianterakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineralyang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Bloomingalga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesiskarena sinar matahari terhalang.
Salah satu bahan pencemar di laut ada lah tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan karenanya. (Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut.
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.
3. Pencemaran tanahPencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini :a. sampah-sampah pla.stik yang sukar hancur, botol, karet sintesis,pecahan kaca, dan kalengb. detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulitdiuraikan)c. zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
4. Polusi suaraPolusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.b. Menurut macam bahan pencemarMacam bahan pencemar adalah sebagai berikut.
1. Kimiawi; berupa zat radio aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi),pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak.2. Biologi; berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoebacoli, dan Salmonella thyposa.3. Fisik; berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.
c. Menurut tingkat pencemaranMenurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan padapanca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan padaekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yangmenyebabkan mata pedih.2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh danmenyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa)di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayicacat.3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnyasehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalamlingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.2. Parameter PencemaranDengan mengetahui beberapa parameter yang ads pads daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramaterparameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut :a. Parameter kimiaParameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logamberat.b. Parameter biokimiaParameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitujumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah denganmenyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennyaselama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakanuntuk mengukur banyaknya pencemar organik.
Menurut menteri kesehatan, kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm.
c. Parameter fisikParameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.
d. Parameter biologiParameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton
Diposting oleh klan uchiha
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates